Peluang dan Prospek Pembibitan Belut

5:29 PM
Peluang dan Prospek Pembibitan Belut
by M. Fajar Junariyata


Salah satu komoditas yang saat ini banyak diminati serta mempunyai peluang dan prospek sangat bagus adalah bisnis di bidang budidaya  belut.  Jumlah  permintaan,  baik  pasar  lokal  maupun  pasar  luar negeri, terus meningkat. Di sisi lain, harga belut terus meroket karena semakin menurunnya jumlah belut yang dapat disediakan oleh alam. Budi daya belut memang sangat mudah bagi sebagian orang yang telah menguasai seluk-beluk tekniknya. Namun, budi daya belut bukan tanpa kendala. Salah satu kendala yang dialami pembudidaya belut adalah minimnya persediaan bibit. Bibit belut yang beredar di pasaran, masih  mengandalkan  benih  hasil  tangkapan  alam  yang  jumlahnya terbatas, bersifat musiman, serta tidak dapat menjamin secara kualitas dan kontinuitas.


Kebutuhan  bibit  belut  tentu  seiring  dengan  kebutuhan  belut konsumsi.  Bahkan,  terasa  lebih  banyak  lagi  setelah  ditemukannya terobosan baru dalam bidang budi daya belut, yakni pembesaran di air bening tanpa lumpur. Budi daya pembesaran belut di air bening tanpa lumpur  yang  juga  penulis  kembangkan,  memungkinkan  dilakukan secara padat dalam wadah yang relative kecil tetapi  mampu menampung bibit  belut  hingga  50  kg/m2.  Namun,  mempunyai  kelemahan,  yaitu menutup  kemungkinan  terjadinya perkembangbiakan.  Hal  tersebut tentu  akan  membutuhkan  pasokan  bibit  belut  yang  semakin  besar, sementara bibit belut hasil tangkapan alam semakin langka. Kelangkaan bibit belut menyebabkan meroketnya harga bibit belut sehingga  sering  membuat  para  pembudidaya  belut,  terutama  para pemula,  merasa  frustasi  untuk  memulai  usaha,  padahal  iming-iming peluang bisnis di bidang budi daya belut sangat menggiurkan.

Penulis yang merupakan praktisi di bidang usaha budi daya belut dalam beberapa tahun terakhir,  juga merasakan hal yang sama ketika pada awal-awal melakukan usaha tersebut. Hal ini akhirnya memunculkan inspirasi  untuk  melakukan  penelitian  dan  percobaan  sendiri  dalam pengadaan  bibit  belut.  Dari  hasil  penelitian  dan  percobaan  yang telah penulis lakukan, banyak pengalaman yang diperoleh dan sangat bermanfaat  untuk  ditularkan  kepada  masyarakat  umum.  Untuk  itu, penulis memberanikan diri menyusun buku “USAHA PEMBENIHAN BELUT DI LAHAN SEMPIT”, yang alhamdulillah telah diterbitkan oleh Penyebar Swadaya (Group Trubus), dengan harapan dapat berguna bagi penulis sendiri, para pembaca umumnya, serta khususnya pada masyarakat yang jeli melihat peluang usaha budi daya belut yang makin terbuka.

Bagi para netter yang menginginkan buku tersebut dapa memperolehnya di toko-toko buku degan harga Rp32.000,- per eksemplar atau dapat memesan melalui kami: 08111104571 dengan ongkos kirim Rp20.000.

Selamat membaca dan mencoba, SALAM SUKSES!

Mengenal Jenis-jenis Belut

Di dunia ini banyak jenis-jenis belut, namun jenis belut yang banyak dikenal di masyarakat Indonesia ada 3 jenis, yatu: belut sawah, belut rawa dan belut tambak/belut kali/belut muara.

Belut sawah biasa hidup di sawah dan di kali-kali kecil/selokan yang berlumpur. Ciri belut sawah antara lai: warna kulit lebh cerah, proporsi tubuh 1:20 yang artinya jika diameter tubuhnya 1 cm, maka panjangnya mencapai 20 cm. Belut sawah lebih tahan di lumpur dengan sedikit air. Mencapai usia dewasa kurang lebih 3 bulan. belut jenis in banyak dijumpai di pulau Jawa, Sumatera bagian barat, Madura, Bali dan Lombok.

Belut rawa biasa hidup di rawa-rawa. Warna kulit lebih gelap mendekati hitam, proporsi tubu 1:40, dan mecpai usia dewasa kurang lebih 4 bulan. Belut jenis ini banyak dijumpai di pulau Sumatera bagian timur dan Kalimantan.

Sedangkan belut tambak banyak dijumpai di pesisir utara pulau Jawa dan pesisir timur Sumatera, hidup di tambak-tambak dan muara sungai. Warna kulit putih hingga gelap dengan bintik-bintik menyerupai pasir di sekujur tubuhnya.

Belut tambak memiliki ciri yang mencolok dibandingkan dengan kedua jenis di atas, yaitu sirip ekor lebih kelihatan menyerupai ujung pedang dan lipatan insang yang lebih banyak.
Soal rasa, belut sawah dan belut rawa tidak terlalu berbeda, sedangkan belut tambak, daging lebih kenyal dan lebih amis.

Budidaya Belut di Air Bening Tanpa Lumpur

Umumnya, budidaya belut ya di lumpur… hal tersebut sesuai dengan habitat asli belut di alam. Mengapa belut “hanya” dapat hidup di lumpur? Karena belut adalah jenis ikan yang sangat rawan jika harus hidup di air, tidak di dalam lumpur. Belut merupakan satu-satunya ikan yag tidak mempunyai sisik dan sirip sekaligus. Seperti diketahui, sisik pada ikan berguna sebagai alat perlindungan diri dari penyakit dan alat deteksi. Tanpa sisik, ikan akan dengan mudah terserang penyakit seperti virus, bakteri, protozoa dan jamur. Selain itu, tanpa sisik, ikan akan mengalami kesulitan dalam mendeteksi suhu dan pH air. Sirip digunakan oleh ikan untuk berenang, sehingga dengan sirip tersebut ikan dapat berenang dengan cepat untuk mengejar makanan atau mmenghindari serangan musuh. Tanpa sirip, ikan akan kesulitan dalam berenang dan menguras tenaga yang lebih banyak.

Di luar kedua kelemahan belut tersebut, ternyata belut masih mempunyai kelemahan-kelemahan lain, yaitu: belut tidak mempunyai gigi atau taring yang dapat dipakai untuk menyerang atau menggigit, sehingga belut tidak dapat mengoyak atau memotong makanan. Makanan yang dapat dimakan oleh belut adalah makanan yang dapat ditelan langsung oleh belut, seperti ular. Kulit belut juga sangat tipis, sehingga sangat mudah terluka oleh benda-benda tajam dan kasar. Jika terluka, kulit belut dengan mudah akan terkena infeksi. Makanya belut “hanya” mau hidup di lumpur yang lembut.

Dengan kelemahan-kelemahan tersebut maka belut sangat rawan dari serangan penyakit dan musuh-musuhnya. Apalag belut sangat pasif, tidak suka bergerak, sehingga semakin memudahkan bagi para musuh-musuhnya untuk menangkap, menyerang dan memangsanya. Maka satu-satunya alat pertahanan diri belut hanyalah berlindung di dalam lumpur. Belut hanya berani keluar pada malam hari yang gelap gulita tanpa sinar rembulan untuk menghindari musuh-musuhnya. Makanya kalau mau ngobor jangan di siang hari atau di malam bulan purnama…. pasti nggak akan dapat belut, kecuali belut yang sakit…

Nah…. jika belut ternyata “hanya” dapat hidup di lumpur, lalu bagaimana caranya kok bisa dibudidayakan di air bening tanpa lumpur???? Begini logikanya…. Seperti yang telah kita paparkan di atas, belut hidup di lumpur itu hanya untuk berlindung dari musuh-musuhnya. Jika belut tidak berlindung di lumpur, maka belut akan merasa sangat terancam hidupnya, sehingga belut akan merasa tidak nyaman dan stress yang pada akhirya akan mengalami kematian. Namun jika kita bisa memberikan rasa nyaman bagi belut walaupun tidak di lumpur…. maka dijamin belut tidak akan stress, dan jadilah belut dapat dibudidayakan di air bening tanpa lumpur.

Bagaimana cara memberikan perlindungan pada belut di air bening tanpa lumpur??? kita dapat menggunakan berbagai “media” antara lain: paralon, pipa, selang, atau gedebog pisang sebagai alat perlindungan bagi belut. Mudah bukan????

Untuk lebih jelasnya bagaimana cara budidaya belut di air bening tanpa lumpur, anda dapat berkonsultasi langsung dengan pakar budidaya belut yang telah memelopori budidaya belut di air bening tanpa lumpur, yaitu Bapak M. Fajar Junariyata, atau silakan menghubungi PKBM BAITUL ILMI Desa Cipambuan RT 03/03 No 45 babakan Madang Hp 0811110451. Anda juga dapat membeli bukunya yang sudah banyak beredar di toko-toko buku yang berjudul “PANEN BELUT 3 BULAN DI AIR BENING TANPA LUMPUR”, terbitan dari Penebar Swadaya (Group Trubus). Cukup murah kok, cuma Rp23.000,- per eksemplar.



 

 

Megenal Manfaat Belut


Belut (monopterus albus) selain lezat dikonsumsi ternyata banyak manfaatnya.

Penyedia Sumber Protein Hewani.

Protein belut sangat tinggi yaitu 18,4 gram/100 gram daging yang berarti setara dengan protein daging sapi yang 18,8 gram/100 gram daging, tetapi jauh lebih tiggi dari telor dan ikan air tawar lainnya. Protein belut sebagaimaa protein ikan, sangat mudah dicerna tubuh sehingga belut sangat cocok untuk segala umur mulai dari bayi usia 2 tahun hingga orang tua.

Sebagai Obat dan Pencegah Penyakit
Belut mengandung banyak zat gizi, vitamin, mineral dan kolesterol baik yang sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia. Kandungan gizi, mineral, vitamin dan kolesterol baik sangat berharga untuk mencegah dan mengobati berbagai penyakit seperti: anemia gizi, anemia darah, osteophorosis, rabun, alzeimer dini, bahkan kandungan argininnya mampu menekan pertumbuhan sel-sel kanker.

Memperkuat Tulang dan Gigi
Kandungan phospor dan kalsium yang cukup tinggi juga dapat memperkuat gigi dan tulang, sehingga dengan menkonsumsi belut dengan porsi yang cukup dan teratur dapat menjaga dari keropos tulang dan gigi.

Penambah Vitalitas dan Sumber Energi
Belut mengandung energi yang cukup tinggi, yaki 303 kkal pada setiap 100 gram daging belut, sehingga belut sangat cocok dipakai sebagai sumber energi. Kandungan zat besi pada belut juga tergolong tinggi, sehingga dengan mengkonsmsi belut dapat meningkatkan sel-sel darah merah yang berfungsi sebagai pembawa ksigen dan zat-zt makanan ke seluruh tubuh. Dengan tercukupinya oksigen dan zat-zat makanan ke seluruh bagian tubuh, menjadikan bdan tidak mudah lelah dan selalu bersemangat.

Bahan kosmetik
Protein sebagai zat pembangun juga berfungsi menggantikan sel-sel yang rusak. Vitamin A yang mencapai 1600 IU sangat diperlukan oleh mata dan kulit, sehingga mata terlihat lebih indah dan kulit terasa lebih halus. Kandungan zat besi yang tinggi juga mampu meningkatkan jumlah hemoglobin, sehinga kulit terutama kulit bibir dan pipi akan tampak lebih segar kemerah-merahan.
Minyak belut juga dipercaya dapat mengencangkan kulit sehingga kulit tidak kendur dan keriput.Selai itu minyak belut juga dipercaya secara tradisionil untuk memperbesar dan mengencangkan payudara bagi wanita dan memperbesar batang penis bagi laki-laki.

Pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
Budidaya belut skala rumah tangga dapat utuk memenuhi kebutuhan keluarga sebagai lauk pauk yang lezat.

Komoditi Eksport
Budidaya belut skala ekonomi dapat meningkatkan penghasilan keluarga, bahkan jika ditekuni dan dapat berbudidaya dalam skala yang besar, tidak tertutup kemungkinan untuk dapat memenuhi permintaan kebutuhan belut dunia yang makin meningkat. Ekspor belut berarti juga meningkatkan devisa negara.

Tongseng Belut??? Wuiihhh……

Tongseng adalah salah satu jenis masakan yang sangat populer pada masyarakat jawa. Masakan yang diadopsi dari masakan china tersebut bahan utamanya adalah daging kambing. Rasanya yang khas dengan kuah bumbu gule, dengan tambahan irisan kol, tomat dan cabe rawit tersebut memang sangat nikmat dan berani…. Tapi walaupun nikmat, bagi penderita hipertensi dan orang-orang yang telah berumur, mengkonsumsi daging kambing sangat berisiko, karena kandungan kolesterol jahat yang ada pada daging kambing sangat tinggi. 

Maka banyak para penikmat tongseng mencari alternatif daging lain sebagai pengganti daging kambing, seperti daging sapi atau ayam. Daging sapi, rasanya tidak terlalu jauh dari daging kambing, tapi kandungan kolesterol jahatnya hampir sama dengan daging kambing. Yang membedakan hanyalah mitos dan sugesti yang melingkupi daging kambing. Sedangkan daging ayam, rasa tongsengnya tidak selezat kalau menggunakan daging kambing. Bagaimana kalau meggunakan daging belut???? Pasti sensasi rasanya sulit dibayangkan. Daging belut (monopterus albus/synbrancus) banyak mengandung protein yang setara dengan daging kambing dan sapi. Namun kolesterol daging belut merupakan kolesterol yang baik, yang justru dapat menurunkan kolesterol dalam darah orang yang mengkonsumsinya. Rasa daging belut yang sudah gurih, tentu dapat meningkatkan cita-rasa tongseng justru menjadikan tongseng memiliki rasa yang sangat unik.

Sulistiana, seorang ibu rumah tangga yang bergelut dalam usaha pengolahan belut telah mencoba meramu tongseng dengan bahan baku daging belut tersebut dan ternyata rasanya sangat istimewa. Bahkan banyak tamunya dari Jepang telah merasakan lezatnya tongseng masakan ibu dari 3 orang putri tersebut. Dan sangat luar biasa, saat ini tamu-tamu dari Jepang tersebut banyak memesan tongseng belut yang dikemas dalam kemasan plastik standing pouch dan mengirimkannya ke Jepang, Malaysia dan Thailand. Dan bahkan ada beberapa buyer Jepang saat ini sedang melakukan penjajagan  untuk mengalengkan tongseng belut buatan Sulistiana tersebut untuk pasar Jepang yang memang konsumen belut terbesar di dunia.
Ingin mencoba tongseng belut buatan ibu Sulistiana? silakan anda pesan langsung ke beliau di Desa Cipambuan RT 03/03 no. 45 Kec. Babakan Madang Kab. Bogor, HP 085289923232.

Previous
Next Post »